Lanjutan dari First Love / Derita CintaPertama
Sejak aku mendapat nomor hp dia, aku
menjadi sering sms dia. Bahkan kami langsung dekat seperti waktu SMP dulu. Padahal
aku sudah tak bertemu dengannya selama 3 tahun. Namun perasaan itu tetap sama
dan tak ada yang berubah. Mulai sejak itu kami menjadi dekat dan saling sharing
sesuatu hal yang kami anggap asik untuk dibincangkan.
Hari-hari berlalu dan hal itu membuat aku
merasa bahagia walaupun hanya bisa berhubungan melalui SMS. Dalam hatiku aku
berfikir ingin sekali mengungkapkan perasaanku yang selama ini aku pendam. Namun
masih ada keraguan dalam hati ini. Tanpa di sangka, ternyata dia jomblo dan hal
itu membuat hatiku berbunga. Dia adalah cinta pertamaku yang belum sempat aku
miliki.
Salah satu teman kami tiba-tiba
menghubungiku. Aku merasa kaget saat ditanya apakah aku suka padanya. Dalam hatiku
aku bertanya-tanya mengapa bisa tau nomor hpku dan mengapa dia bisa tahu perasaanku
padanya. Tapi semua itu aku simpan dalam hati saja dan berpikiran positif. Ternyata
temanku itu (sebut saja namanya Indah) mau membantuku untuk mendekati si dia.
Hari demi hari aku dekati dia dengan saran
temanku itu. Ternyata cara itu berhasil dan dia mulai perhatian padaku. Seminggu
kemudian temanku menghubungiku untuk segera menembaknya. Aku kelabakan waktu
itu karena ini adalah pertama aku jatuh cinta dan tak tahu bagaimana caranya
untuk mengungkapkan rasa itu. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengungkapkan
perasaanku kepada orang yang aku sayang.
Betapa gembiranya hatiku ini saat dia
berkata bahwa dia juga sayang kepadaku. Akhirnya kami pacaran. Awalnya,
masa-masa itu adalah masa yang paling membahagiakanku. Namun aku terlalu bodoh.
Aku tak bisa menjadi lebih perhatian padanya. Saat dia memintaku untuk
menjemputnya, aku malah sibuk dengan acara les di sekolah. Mungkin itu adalah
awal dari kehancuranku.
Sejak saat itu, dia menjadi berubah. Dia diam-diam
sering pergi bersama pria lain. Suatu hari, aku membuka hp miliknya dan membaca
sms dari teman-temannya. Betapa hancur hatiku saat aku membaca isi pesan itu. Ada
orang lain yang suka padanya. Yang lebih menyakitkan lagi adalah ternyata dia
juga meresponnya dengan positif. Dalam hati, aku ingin sekali marah padanya. Aku
ingin sekali menghajar orang yang suka padanya. Tapi, aku tak ingin menyakiti
hatinya. Aku lebih memilih untuk diam dan mencoba bersabar.
Suatu hari, aku mengajaknya pergi berdua. Aku
ingin kita menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada hubungan ini. Hatiku semakin
hancur saat dia ternyata terpaksa menerima cintaku ini karena paksaan temanku. Dia
tidak tega menyakiti temanku yang memaksanya untuk menerima cintaku. Dalam hati,
aku menangis. Ternyata orang yang selama ini aku sayang tidak pernah
mencintaiku sama sekali.
Aku dengan tegar mengucapkan sebuah kalimat
padanya, “Lebih baik kita sampai di sini kalau kamu tidak benar-benar sayang
sama aku”. Namun dia tak ingin kita putus. Dia berkata bahwa dia mulai sayang
sama aku. Meski demikian, sangat sulit bagiku untuk kembali mempercayainya. Akan
tetapi, lagi-lagi rasa sayang itu lebih kuat daripada rasa tidak percaya. Kita kembali
menjalani hubungan itu.
Awalnya, semua berjalan lancar. Tidak ada
lagi rasa curiga dan benci. Kita kembali ke masa-masa bahagia. Hatiku sudah
kembali percaya padanya dan yakin bisa bersamanya sampai ajal menjemputku. Tapi
semua ini tak sesuai dugaan. Lagi-lagi dia menjalin hubungan dengan seseorang
yang tak ku kenal. Dalam hati, aku berfikir kenapa kisah cintaku tak pernah
berjalan mulus. Mengapa selalu ada penghianatan di dalam rasa yang selama ini
aku percayai.
Bersambung
Labels:
Cerita Cinta