First Love bag 3 (Ending)




first love

Dia kembali menjalin hubungan dengan pria lain. Mungkin aku terlalu bodoh karena masih mengharapkan dia untuk menjadi pasangan hidupku. Dia menjalin hubungan dengan mantannya yang aku tidak tahu. Namun aku hanya bisa diam walaupun dalam hati ini aku menangisi perbuatan keji itu. Aku memang terasa dikhianati dan tak diperdulikan. Saat itu, aku memang tak mempunyai apa-apa yang bisa aku buktikan untuk membuktikan rasa sayangku padanya. Namun sejak saat itu, aku berjanji akan menyayanginya sepenuh hati ini dan tidak akan menyakiti hatinya.

Semakin hari, hati ini semakin sakit karena menahan beban yang begitu beratnya. Namun aku tidak mau menampakkan sakit ini padanya. Aku hanya bisa tersenyum walaupun hati ini menangis. Mungkin sudah tidak terhitung lagi berapa kali dia mengkhianatiku dan menyakitiku. Namun aku selalu memaafkan perbuatan itu. Rasa cinta ini selalu lebih besar dari rasa benci yang aku rasain.

Hari-demi hari terus berlalu. Sampai akhirnya kami lulus dari SMA dan kami berdua melanjutkan ke universitas yang kami pilih sendiri-sendiri. Aku memilih untuk mendaftar di salah satu kota besar di jawa barat. Dia juga begitu, namun jarak kami jauh. Sayang, aku tidak lolos dalam seleksi itu. Sedangkan dia berhasil dalam seleksi dan melanjutkan untuk kuliah di sana. Sebenarnya, dalam hati aku tidak rela untuk berpisah dengannnya.

Namun ada satu hal yang membuatku tersenyum, dia berjanji akan setia di sana karena dia hanya ingin menuntut ilmu, bukan jodoh. Hari-hari terakhirku bersamanya aku nikmati dengan manis. Kami berdua tiap hari bertemu dan pergi ke suatu tempat untuk menikmati masa-masa terakhir kami berdua. Akhirnya, hari kami berpisah tiba. Sudah waktunya dia pergi untuk melanjutkan pendidikannya.

Satu hal yang membuat aku bertahan dengannya adalah saat ia menangis didepanku waktu dia akan pergi. Dia berjanji akan tetap menjaga hubungan ini. Namun inilah awal kehancuran hubungan ini. Sejak dia pergi, dia mulai jarang menghubungiku. Namun aku selalu berpikiran positif dan mengira dia sibuk dengan masa-masa ospek. Akupun ingin mengerti keadaannya dan aku juga tak ingin mengganggunya. Namun semakin lama aku tak menghubunginya, dia serasa semakin tak peduli denganku. Lalu aku mencoba menghubunginya. Ternyata dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku selalu mencoba untuk mengerti semua ini walau sebenarnya hati ini sangat pedih.

Sampai suatu hari, aku membulatkan tekad untuk memutuskan hubungan ini. Dalam hatiku, mungkin ini memang yang terbaik. Aku tak ingin mengganggu konsentrasi dia dalam belajar. Aku ingat, dulu dia pernah mengatakan kalau aku ini hanya memperburuk keadaannya. Aku sadar, saat itu aku hanyalah pengangguran yang tak bisa menjadi seorang mahasiswa. Aku tahu, dia pasti malu mempunyai seseorang seperti aku. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk berhenti menghubunginya.

Mungkin disana dia memang sudah menemukan penggantiku yang lebih baik dan kaya. Tak terasa, ternyata dia pulang ke rumahnya untuk beberapa hari. Dia menemuiku untuk berbicara dan menemaninya belanja. Aku memang masih mencintainya dan masih sayang sama dia. Aku mengikuti perintahnya untuk menemaninya belanja. Di sebuah super market, aku terkejut. Ternyata dia sudah memakai cincin emas di jari manisnya. Aku otomatis kaget dan sedih. Lalu aku memberanikan diri untuk menanyakan apa arti cincin tersebut. Dia hanya menjawab dari teman. Aku memang tak percaya dengan perkataannya. Lalu kami berdua ngobrol sejenak di depan super market itu. Aku menanyakan padanya, mengapa dia akhir-akhir ini berubah padaku. Namun, dengan nada sinis dia hanya menjawab “Emang lo siapa ngatur-ngatur hidupku?”. Sejak saat itu, aku sadar kalau selama ini dia memang tak pernah sayang sama aku. Aku hanya dimanfaatkan olehnya untuk menemani dia jalan, belanja, dan masih banyak yg lainnya.

Aku teringat perkataannya bahwa dia menerimaku karena terpaksa. Aku memang sudah salah mencintai seseorang yang sudah jelas-jelas tak mencintaiku. Aku memang salah sudah memberikan segalanya untuk dia. Kini akhirnya aku yang tersiksa. Di satu sisi, aku sangat mencintainya namun di sisi lain dia tak pernah mencintaiku sama sekali. Setelah seminggu berlalu, ternyata dia memang sudah memiliki pasangan. Bahkan sebelum kami putus, dia ternyata sudah dekat dengan pria lain yang mungkin lebih kaya dari aku.
Aku tersadar, aku hanya manusia biasa yang tak luput dari salah. Aku sadar, mungkin selama ini aku tak bisa membuat dia bahagia. Aku hanya membuatnya menderita dengan kehadiranku. Tapi, dalam hati ini aku masih mencintainya. Aku masih berharap padanya, suatu saat nanti kita akan bertemu lagi dan bisa bersamanya selamanya.

Saat ini aku sadar, mengapa banyak sekali orang yang tak bisa melupakan cinta pertama mereka. Mungkin itu karena perasaan yang tak pernah bisa dilupakan. Perasaan cinta yang teramat dalam, dan perasaan sakit yang teramat sangat. Dicintai memang lebih menyenangkan daripada mencintai. Mungkin itu adalah pengalaman yang takkan bisa aku lupakan seumur hidupku. Walaupun pada akhirnya kami tak bisa bersama, namun ada sebuah hikmah yang bisa menjadi pelajaran dalam hidupku. Mencintai seseorang memang tak harus memiliki orang yang kita cintai. Namun mencintai seseorang adalah bagaimana menjadikan seseorang yang kita cintai itu merasa bahagia. Walaupun kebahagiaan itu bukan bersama kita yang mencintai dia. Mencintai seseorang adalah seberapa besar kita bisa berkorban untuk orang yang kita cintai.

Itulah kisah cintaku yang tak mungkin bisa aku lupakan seumur hidupku. Cinta yang tak pernah bisa kumiliki.

Selesai


 

About Daftar Cerita

Daftar Cerita adalah sebuah blog dengan konten utamanya adalah cerita lucu, menarik, inspiratif, dan masih banyak yang lainnya.
Return to top of page Copyright © 2010 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by HackTutors